Muatan Berpikir Kritis (Critical
Thinking) Pada
Kurikulum Pendidikan
di Jepang
Kurikulum Pendidikan
di Jepang
Sistem
Pendidikan di Jepang adalah salah satu sistem pendidikan terbaik di Dunia saat
ini. Karena Pemerintah di Jepang sangat memahami bahwa dari pendidikanlah
sebuah negara akan maju dan mampu bersaing dengan negara lain, sehingga sistem
pendidikan di Jepang selalu diperbaiki, dikembangkan, dan disesuaiakan dengan perubahan
zaman dan kebutuhan yang menyertainya.
Pembuatan
kurikulum pendidikan di Jepang diawasi oleh The Board of
Education yang terdapat pada tingkat perfectur dan
munipal. Karena kedua lembaga ini masih terkait erat dengan MEXT,
maka pengembangan kurikulum Jepang masih sangat kental sifat
sentralistiknya. Namun rekomendasi yang dikeluarkan oleh Central Council
for Education (chuuou shingi kyouiku kai) pada tahun 1997 memungkinkan sekolah
berperan lebih banyak dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang.
Tujuan
pendidikan Jepang lebih mengarah pada pengembangan kepribadian individu secara
utuh, menanamkan jiwa yang bebas dan bertanggungjawab, bertoleransi untuk
menghargai antar individu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip pendidikan
yang ada di negara Jepang lebih bersifat humanis bekaitan dengan
kehidupan sehari-hari dan ilmunya benar-benar real dapat diaplikasikan dan
dibutuhkan di kehidupan nyata.
Mata
pelajaran level pendidikan dasar di Jepang tidak seberagam yang dikembangkan di
Indonesia, jumlahnya tidak banyak, sehingga berbagai mata pelajaran tersebut
diberikan pada waktu yang berlainan setiap hari selama seminggu, maka jarang
ada jadwal pelajaran yang sama pada hari yang berbeda. Secara umum tidak ada
perbedaan antara struktur pendidikan di Jepang dengan di Indonesia yang terdiri
atas Taman kanak-kanak, Pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan
tinggi dan pendidikan non formal.Pendidikan
Jepang terdiri atas sistem 6-3-3-4 dimana siswa wajib mengemban :
1. 6 tahun
Sekolah Dasar (Shōgakkō)
2. 3 tahun
Sekolah Menengah Pertama (Chūgakkō)
3. 3 tahun
Sekolah Menengah Atas (Koutougakkou)
4. 4 tahun
atau lebih untuk jenjang Perguruan Tinggi (Daigaku).
Dalam
pembelajaran di Jepang setiap orang harus memiliki sikap berfikir kritis tapi
tidak dipisah-pisah setiap materi mapel. Kurikulum yang ada di
Jepang saat ini memeliki karakteristik untuk mempelajari ilmu lebih mendalam, dan sistem
belajar aktif. Sistem belajar yang aktif dan kritis ini dimulai dari Sekolah Tingkat Dasar. Siswa
dari tingkat Sekolah Dasar di Jepang sudah diajarkan berfikir kritis dengan
metode diskusi sesuai usia mereka. Bahan materi diskusi disesuaikan dengan
tingkatan umur mereka, berkaitan dengan permasalahan, aktifitas dan kebutuhan
hidup mereka sehari-hari.
Kurikulum
yang baru dilaksanakan di Jepang pada tahun 2017 ini disusun berdasarkan 2
perubahan paradigma dan sistem kurikulum,
yaitu sistem pendidikan di Eropa dan Amerika. Kurikulum ini memadukan sistem dan pola pikir keduanya
dan dikolaborasikan dengan sistem dari jepang, sehingga menghasilkan sistem
yang baru dan khas.
Kurikulum
dari Eropa ada tiga aspek yang saling berkaitan yaitu:
1. Penggunaan
media pembelajaran Interaktif.
2. Ketuatan
informasi yang datang.
3. Siswa bergerak dan bekerja sama dengan teman
sekitarnya saat belajar.
4. Totalitas
dalam pembelajaran.
Kurikulum
dari Amerika:
1. Menggunakan
Sistem IT.
2. Mengajarkan
prinsip Hak Asasi Manusia (HAM).
Dari
perpaduan pemikiran dari Eropa dan Amerika tersebut, serta berdasarkan hasil
penelitian dari Pusat Penelitian Pendidikan di Jepang, dihasilkan model
Kurikulum Jepang yang baru. Kurikulum ini memiliki beberapa kekuatan dasar:
1. Kemampuan
Berbahasa.
2. Kemampuan
Berfikir secara mendalam.
3. Metode
Pembelajaran Berbasis Masalah.
4. Learning to Learn.
5. Belajar
melakukan sesuatu dengan total dan sepenuh hati.
6. Melatih
kemampuan berfikir kreatif dan bekerjasama dengan baik.
7. Sistem
pendidikan yang berkelanjutan.
Kurikulum
2017 ini merupakan hasil penelitian dan
mendapat kritikan dari masyarakat sehingga pola akan selalu berubah. Walau pun
begitu pemerintah jepang akan menunggu sampai 2 tahun untuk melakukan evaluasi
kurikulum tersebut, kalau masih satu tahun kritik dan saran dari masyarakat
hanya ditampung saja untuk bahan evaluasi di tahun berikutnya.
Dengan
adanya kurikulum yang baru ini menjadikan guru lebih kreatif berfikir untuk
mengajar secara total sesuai tujuan kurikulum. Di Jepang ada beberapa mata
pelajaran yang diajarkan lebih dalam dan mengajak siswa berfikir lebih kritis,
yaitu Matematika dan Ilmu Sains (Pengetahuan Alam). Dalam dua pelajaran ini
siswa diarahkan untuk memecahkan sebuah masalah, melalui proses diskusi
kelompok. Dan cara berdiskusi seperti itu sudah diterapkan sejak Sekolah Dasar.
Masalah yang menjadi bahan diskusi siswa-siswa di Jepang adalah masalah yang
nyata yang ada di sekitar mereka. Siswa berdiskusi sesuai dengan tingkat
usianya.
Di
tingkat SMP ada grup permata pelajaran, dimana mereka secara rutin melakukan
diskusi dimana 1 grup mempresentasikan dan grup yang lain menjadi audiens yang
siap menanggapi dengan ide mereka sendiri. Satu kelompok mendapat bagian satu
bab dalam buku yang disiapkan sebagai modul dalam pembelajaran. Setiap saat
selalu dilakukan pelatihan terhadap guru-guru di Jepang untuk menyeragamkan
model pembelajaran di kelas. Buku pun harus seragam di seluruh jepang, sesuai
dengan kebijakan buku dari pemerintah. Ruang Kelas pun harus seragam dengan
ukuran luas dan tata ruang yang sama, media juga harus diseragamkan. Dalam
pembelajaran di Jepang setiap orang harus memiliki sikap berfikir kritis tapi
tidak dipisah-pisah setiap materi mapel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar