Sabtu, 05 Januari 2019

Berpikir Kritis (Critical Thinking)



Muatan Berpikir Kritis (Critical Thinking) Pada 
Kurikulum Pendidikan 
di Jepang

Sistem Pendidikan di Jepang adalah salah satu sistem pendidikan terbaik di Dunia saat ini. Karena Pemerintah di Jepang sangat memahami bahwa dari pendidikanlah sebuah negara akan maju dan mampu bersaing dengan negara lain, sehingga sistem pendidikan di Jepang selalu diperbaiki, dikembangkan, dan disesuaiakan dengan perubahan zaman dan kebutuhan yang menyertainya.
Pembuatan kurikulum pendidikan di Jepang diawasi oleh The Board of Education yang terdapat pada tingkat perfectur dan munipal.  Karena kedua lembaga ini masih terkait erat dengan MEXT, maka pengembangan kurikulum Jepang masih sangat kental sifat sentralistiknya.  Namun rekomendasi yang dikeluarkan oleh Central Council for Education (chuuou shingi kyouiku kai) pada tahun 1997 memungkinkan sekolah berperan lebih banyak dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang.
Tujuan pendidikan Jepang lebih mengarah pada pengembangan kepribadian individu secara utuh, menanamkan jiwa yang bebas dan bertanggungjawab, bertoleransi untuk menghargai antar individu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip pendidikan yang ada di negara Jepang lebih bersifat  humanis bekaitan dengan kehidupan sehari-hari dan ilmunya benar-benar real dapat diaplikasikan dan dibutuhkan di kehidupan nyata.
Mata pelajaran level pendidikan dasar di Jepang tidak seberagam yang dikembangkan di Indonesia, jumlahnya tidak banyak, sehingga berbagai mata pelajaran tersebut diberikan pada waktu yang berlainan setiap hari selama seminggu, maka jarang ada jadwal pelajaran yang sama pada hari yang berbeda. Secara umum tidak ada perbedaan antara struktur pendidikan di Jepang dengan di Indonesia yang terdiri atas Taman kanak-kanak, Pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan non formal.Pendidikan Jepang terdiri atas sistem 6-3-3-4 dimana siswa wajib mengemban :
1.    6 tahun Sekolah Dasar (Shōgakkō)
2.    3 tahun Sekolah Menengah Pertama (Chūgakkō)
3.    3 tahun Sekolah Menengah Atas (Koutougakkou)
4.    4 tahun atau lebih untuk jenjang Perguruan Tinggi (Daigaku).

Dalam pembelajaran di Jepang setiap orang harus memiliki sikap berfikir kritis tapi tidak dipisah-pisah setiap materi mapel. Kurikulum yang ada di Jepang saat ini memeliki karakteristik untuk  mempelajari ilmu lebih mendalam, dan sistem belajar aktif. Sistem belajar yang aktif dan kritis ini  dimulai dari Sekolah Tingkat Dasar. Siswa dari tingkat Sekolah Dasar di Jepang sudah diajarkan berfikir kritis dengan metode diskusi sesuai usia mereka. Bahan materi diskusi disesuaikan dengan tingkatan umur mereka, berkaitan dengan permasalahan, aktifitas dan kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Kurikulum yang baru dilaksanakan di Jepang pada tahun 2017 ini disusun berdasarkan 2 perubahan paradigma dan sistem  kurikulum, yaitu sistem pendidikan di Eropa dan Amerika. Kurikulum  ini memadukan sistem dan pola pikir keduanya dan dikolaborasikan dengan sistem dari jepang, sehingga menghasilkan sistem yang baru dan khas.
Kurikulum dari Eropa ada tiga aspek yang saling berkaitan yaitu:
1.    Penggunaan media pembelajaran Interaktif.
2.    Ketuatan informasi yang datang.
3.     Siswa bergerak dan bekerja sama dengan teman sekitarnya saat belajar.
4.    Totalitas dalam pembelajaran.
Kurikulum dari Amerika:
1.    Menggunakan Sistem  IT.
2.    Mengajarkan prinsip Hak Asasi Manusia (HAM).
Dari perpaduan pemikiran dari Eropa dan Amerika tersebut, serta berdasarkan hasil penelitian dari Pusat Penelitian Pendidikan di Jepang, dihasilkan model Kurikulum Jepang yang baru. Kurikulum ini memiliki beberapa kekuatan dasar:
1.    Kemampuan Berbahasa.
2.    Kemampuan Berfikir secara mendalam.
3.    Metode Pembelajaran Berbasis Masalah.
4.    Learning to Learn.
5.    Belajar melakukan sesuatu dengan total dan sepenuh hati.
6.    Melatih kemampuan berfikir kreatif dan bekerjasama dengan baik.
7.    Sistem pendidikan yang berkelanjutan.
Kurikulum 2017 ini merupakan hasil  penelitian dan mendapat kritikan dari masyarakat sehingga pola akan selalu berubah. Walau pun begitu pemerintah jepang akan menunggu sampai 2 tahun untuk melakukan evaluasi kurikulum tersebut, kalau masih satu tahun kritik dan saran dari masyarakat hanya ditampung saja untuk bahan evaluasi di tahun berikutnya.
Dengan adanya kurikulum yang baru ini menjadikan guru lebih kreatif berfikir untuk mengajar secara total sesuai tujuan kurikulum. Di Jepang ada beberapa mata pelajaran yang diajarkan lebih dalam dan mengajak siswa berfikir lebih kritis, yaitu Matematika dan Ilmu Sains (Pengetahuan Alam). Dalam dua pelajaran ini siswa diarahkan untuk memecahkan sebuah masalah, melalui proses diskusi kelompok. Dan cara berdiskusi seperti itu sudah diterapkan sejak Sekolah Dasar. Masalah yang menjadi bahan diskusi siswa-siswa di Jepang adalah masalah yang nyata yang ada di sekitar mereka. Siswa berdiskusi sesuai dengan tingkat usianya.
Di tingkat SMP ada grup permata pelajaran, dimana mereka secara rutin melakukan diskusi dimana 1 grup mempresentasikan dan grup yang lain menjadi audiens yang siap menanggapi dengan ide mereka sendiri. Satu kelompok mendapat bagian satu bab dalam buku yang disiapkan sebagai modul dalam pembelajaran. Setiap saat selalu dilakukan pelatihan terhadap guru-guru di Jepang untuk menyeragamkan model pembelajaran di kelas. Buku pun harus seragam di seluruh jepang, sesuai dengan kebijakan buku dari pemerintah. Ruang Kelas pun harus seragam dengan ukuran luas dan tata ruang yang sama, media juga harus diseragamkan. Dalam pembelajaran di Jepang setiap orang harus memiliki sikap berfikir kritis tapi tidak dipisah-pisah setiap materi mapel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menghindari Doktrinasi Terorisme