Sabtu, 05 Januari 2019

Resensi Buku ANALISIS BUKU MEMBANGUN PERADABAN MELALUI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN, SERTA PERBANDINGAN DENGAN BUKU PENDIDIKAN KARAKTER MEMBANGUN PERADABAN BANGSA



Resensi Buku 
ANALISIS BUKU MEMBANGUN PERADABAN MELALUI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN, SERTA PERBANDINGAN DENGAN BUKU PENDIDIKAN KARAKTER MEMBANGUN PERADABAN BANGSA



TUGAS MATA KULIAH
LANDASAN PEDAGOGIK


Program Doktor Semester 2 tahun 2018
Dosen pengampu
Prof. Dr. Achmad Juntika Nurihsan,M.Pd.
Dr. H. Mubiar Agustin,M.Pd.




Oleh :
Ahmad Maskur Subaweh, M.Pd.
1708013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG

Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan rakhmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan makalah Analisis Perbandingan Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan karya Prof. Dr. Achmad Juntika Nurihsan,M.Pd. dengan Buku  Membangun Peradaban Melalui Pendidikan Dan Bimbingan Dengan Buku Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarater Dan Beradab karya Dr. Adian Husaini sebagai tugas Ujian Tengah Semester 2 Matakuliah Landasan Pedagogik di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia semester 2 pada Program Pascasarjana UPI Bandung.
Walaupun dalam makalah ini masih ada kekurangan dalam analisis semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Semoga makalah ini bisa menjadi bahan referensi dalam memilih buku-buku yang bermutu dan berkualitas unggul dalam segi ilmiahnya.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen Pengampuh Matakuliah Landasan Pedagogik Prof. Dr. Achmad Juntika Nurihsan,M.Pd. dan Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd. yang telah membimbing dan mengarjakan penulis tentang betapa pentingnya agam dan pendidikan dalam membangun peradaban bangsa yang unggul dan berakhlakul karimah.
Penulis menyampaikan permohonan maaf apabila penyusunan makalah ini masih memiliki kekurangan baik dari segi ejaan, isi maupun kelengkapan analisis secara mendalam.



                                                                                    PENULIS







i
Daftar Isi
Kata Pengantar .............................................................................                i
Daftar Isi ........................................................................................                ii
BAB 1 RESENSI BAB 2,3, DAN 4 BUKU MEMBANGUN PERADABAN MELALUI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN Penulis : Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd......................................................................................
1.1  Bab 2 Hakikat Pendidikan ................................................
1.2  Bab 3 Akhlak Sebagai Jantung Peradaban .........................
1.3  Bab 4 Membangun Peradaban Bangsa Indonesia Melalui Pendidikan dan Bimbingan Komprehensif. ........................
BAB 2 ANALISIS PERBANDINGAN BUKUBUKU PENDIDIKAN KARAKTER MEMBANGUN PERADABAN BANGSA......................................................................
2.1 Resensi Buku 2 ....................................................................
BAB 3 SIMPULAN .........................................................................
DAFTAR RUJUKAN
























Bab I
Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan
Karya : Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd.

1.1  Hakikat Pendidikan (Bab 2)

Pada buku ini penulis sangat jelas sekali memaparkan hubungan pendidikan dan bimbingan terhadap pembangunan suatu peradaban dari sebuah bangsa. Karena dengan pendidikan dan bimbingan yang baik maka akan tebentuklah peradaban yang baik pula. Menurut pandangan penulis pendidikan dan bimbingan ini tidak juga diperbolehkan menyampingkan ilmu agama, tidak boleh memisahkan dan mengkotak-kotakan keduanya, karena pada dasarnya dari nilai-nilai agama itulah model pendidikan dan bimbingan yang baik dipercontohkan dan patut diaplikasikan. Agama adalah sumber ajaran yang mutlak dan syarat akan nilai-nilai kebenaran yang mampu menjadi sumber panutan dalam tatanan kehidupan berbangsa yang lebih baik.
Ada tiga bab yang saya pilih untuk dibaca dan saya ambil hikmahnya sebagai intisari dari isi buku ini. Yaitu salah satunya bab 2, hakikat pendidikan dijelaskan secara detail pada bab 2  pada buku ini. Pendidikan harus menanamkan nilai-nilai keimanan dan idealisme pada diri peserta didik. Pendidikan pun harus berupaya melestarikan dan mengusung kebudayaan bangsa. Fakta menunjukkan bahwa pandangan keagamaan (religius worldviews) lah yang mampu memperkuat kualitas karakter yang dibutuhkan bagi keberlangsungan pembangunan dan realisasi visi keadilan, persaudaraan, dan kesejahteraan umat seluruhnya.  Karena nilai keagamaan inilah yang menjadi pondasi dari pembangunan sebuah peradaban, dan akan menjadi tolak ukur perwujudan dari segala tujuan luhur sebuah bangsa baik berupa persatuan, kesatuan, dan kesejahteraan bagi seluruh bagian dari bangsa dan negara tersebut.
 Pandangan para ahli tentang hakikat pendidikan menjadikan buku ini kaya akan ilmu pengetahuan dengan mengkaji suatu definisi dari hasil pandangan para ahli sehingga teori keilmiahan pada buku ini lebih kuat dan tajam. Bukan hanya itu, cara penyampaian gagasan dan teori secara sederhana membuat kemudahan dalam pemahaman bagi pembaca. Seperti Ath. Thatawi menyebutkan pondasi dasar bagi berdirinya keberadaban yang kokoh yakni pendidikan moral dengan etika keagamaan dan keutamaan kemanusiaan. Ath. Thatawi menyimpulkan bahwa agama adalah pondasi terkuat bagi kebaikan dan keberdirian dunia. Agama adalah tali kekang bagi manusia. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh banyak cendekiawan di dalam buku ini, yakni Bernard Lewis (2005:150) merumuskan bahwa unsur pokok suatu peradaban adalah agama. Agama adalah faktor terpenting yang menentukan karakteristik suatu peradaban. Menurut Cristopher Dawson, agama-agama besar merupakan fondasi dari peradaban-peradaban besar sebagai kelanjutannya.
Selain dari agama, buku ini juga mengemukakan bahwa ada faktor terpenting lainnya dalam membangun peradaban bangsa adalah tradisi keilmuan. Adian Husaini (2005:xxxiii) menjelaskan bahwa politik, ekonomi, informasi yang berbasis keilmuan yang tinggi adalah sektor penting dalam membangun peradaban bangsa.  Karena sektor diluar agama tersebut tadi memiliki peran yang berbeda-beda dalam pembangunan sebuah bangsa, masing-masing saling terikat satu sama lain dan bisa menjadi titik lemah bila kurang diperhatikan keberadaanya. Hal itu menggambarkan bahwa sebuah peradaban haruslah diperjuangkan dari beberapa sisi yang berbeda tapi harus memiliki landasan dan arah visi yang sama, sehingga pembangunan peradaban itu akan mencapai pada satu titik keberhasilan yang optimal dengan terbentuknya kehidupan  bangsa yang aman dan sejahtera.
Pandangan-pandangan para ahli dalam menyampaikan teorinya merupakan kekuatan tersendiri dalam buku ini yang dijadikan sebagai landasan awal dalam mengembangkan tentang definisi hakikat pendidikan. Selain itu, dari pandangan-pandagan para ahli, dalam bab 2 juga memberikan bukti-bukti kemajuan peradaban bangsa dan perkembangan keilmuan pada kejayaan umat islam yang mengalami masa puncaknya pada masa Dinasti Abbassiyah (750 M -1258 M). Bukti tersebut memperkuat teori-teori yang dipaparkan oleh para ahli sehingga pembaca menemukan titik temu tentang pemahaman yang dipaparkan dalam buku ini bukan hanya sekedar teori melainkan teori ini sudah dipraktekan oleh umat islam pada masa Dinasti Abbassiyah.
Selain memberikan gambaran fakta sejarah islam, di dalam bab 2 ini juga memberikan fakta lainnya dari bangsa Eropa dan Amerika. Mereka merupakan bangsa yang berperadaban tinggi sampai sekarang karena mereka cinta terhadap ilmu pengetahuan (Jaih Mubarok, 2008:18). Ini memberikan pembelajaran bagi kita bahwa bangsa kita juga bisa mencapai titik yang sama dengan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika yang saat ini sedang pada titik peradaban yang tinggi Tetapi dengan beberapa syarat, yaitu salah satunya mencintai ilmu dan pengetahuan.
Semua pembahasan di bab 2 tersusun secara sistematika dengan mencari landasan teori dari berbagai ahli serta fakta-fakta yang disuguhkan, selanjutnya pada bab 2 ini penulis mencoba menarik benang merah dengan memberikan pemaparan tentang hakikat pendidikan itu sendiri yang berasal dari sumber landasan teori dan fakta yang sebelumnya dipaparkan. Bahwa pendidikan hakikatnya adalah merupakan sebuah usaha atau proses ayng ditunjukan untuk membina kualitas sumberdaya manusia seutuhnya agar dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Pendidikan juga dijelaskan dalam buku ini merupakan gejala insani yang penting dalam kehidupan seorang manusia untuk mengantarkan manusia kedunia peradaban.
Baku ini membandingkan beberapa pendapat untuk mamahami konsep dari hakikat sebuah pendidikan dalam perannya pada sebuah peradaban bangsa. Seperti halnya menyampaikan makna pendidikan menurut UNESCO (1972) dan diperbandingkan dengan padangan islam tentang makna pendidikan yang diambil dari penjelasan Djawad Dahlan (2007:42). Sehingga pemahaman yang didapat oleh pembaca menjadi utuh dan lengkap dari sisi pandang yang berbeda, baik dari paradigma barat dan islam.
Kajian dari berbagai sudut pandang menjadi sumber dasar rujukan yang nantinya akan ditansformasikan dengan penyesuaian pada keberadaan bangsa Indonesia dalam membangun perdaban dengan memberikan gambaran tentang pendidikan yang bermutu yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.
Selain pemaparan Undang-Undang penulis mencoba menunjukkan secara garis besar tentang penyebab kemerosotan pendidikan, penelitian, dan teknologi, yakni kemunduruan peradaban suatu bangsa. Bukan hanya memaparkan dari segi masalah, penulispun memberikan rumusan penting dalam pemecahan masalah dengan memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan melalui pembangunan sektor pendidikan, peneltiain berkualitas tinggi melalui pengembangan sekolah-sekolah, universitas, dan akademik yang perlu diberikan untuk memastikan bahwa pendidikan tersebut benar-benar yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

1.2   Akhlak Sebagai Jantung Peradaban(Bab 3)
Dalam bab 3 ini dijelaskan beberapa pandangan dari para ahli dengan disertai bukti-bukti tentang pembangunan peradaban manusia yang bersumber dari pondasi awal, yakni agama. Tetapi, pada bab 3 penulis hanya sekedar memperkuat landasan teori dari beberapa pandangan para ahli mengenai perdaban dengan memberikan penguatan dalil-dalil Al-Quran antara lain;1. Q.S. Al-A’raf:96; 2. Q.S. Al-An’am:44; 3. Q.S. al-Isra: 16 serta sejarah perkembangan dan runtuhnya perdaban di berbagai dunia seperti hancurnya perdaban umat Nabi Nuh akibat kekufuran mereka terhadap risalah tauhid yang disampaikan oleh Nabi Nuh selama 950 tahun. Dari semuanya, penulis memberikan kesimpulan bahwa moralitas, akhlak, dan budi pekerti selalu beriringan dengan jatuh bangunnya sebuah kaum seperti halnya kisan Nabi Nuh dan penjelasan Allah dalam Al-Quran. Ambisi pribadi, kemaksiatan, korupsi, dan pengkhianatan adalah bentuk pencemaran akhlak yang berimplikasi langsung terhadap hancurnya perdaban. 
Peran penting akhlak pendidik dalam membangun peradaban bangsa haruslah kita perhatikan sebagai intropeksi diri. Peradaban merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kemajuan moral, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni suatu bangsa.  Pendidik yang berakhlak mulia yang ditunjukkan dengan penuh kesabaran, penuh kasih sayang, sopan, tidak takabur, bersahabat, menyantuni, membimbing, kerja keras, berani dan adil akan menjadi inspirasi bagi peserta didik dan masyarakat di sekitarnya untuk menampilkan pribadinya yang beradab.
Dalam buku ini juga dipaparkan contoh  kisah tentang hancurnya peradaban dari sebuah bangsa yang besar yaitu hancurnya peradaban kekaisaran Romawi.
“Sayangnya, di balik kemegahan peradaban Romawi, banyak hal yang menggerogoti kejayaan dari dalam. Faktor internal membuat mereka berakhir dengan tragis. Kejayaan yang selama ini dibanggakan runtuh seketika. Kebusukan ini menyebabkan mereka lemah dan rapuh. Harta kekayaan yang dimiliki kaisar, membuat kerajaan selalu berfoya-foya. Pemerintahan Romawi diisi oleh orang yang tidak jelas kerjanya dan korup”. 

Kisah dalam bab 3 ini menjadi bukti moralitas, akhlak, dan budi pekerti memiliki peran yang sangat penting bagi kemajuan dan kemunduran peradaban umat manusia. Penulis memperkuat kesimpulan dari pengkisahan sejarah-sejarah melalui pendapat Ibnu Khaldun yang mengidentifikasi ada 10 faktor penyebab internal lemahnya dan runtuhnya peradaban yang bermuara pada degredasi akhlak yakni: (1) rusaknya akhlak penguasa; (2) penindasan penguasa dan ketidak adilan; (3) despotisme atau kezaliman; (4) orientasi kemewahan masyarakat; (5) egoisme; (6) oportunisme; (7) penarikan pajak secara berlebihan; (8) keikutsertaan penguasa dalam kegiatan ekonomi rakyat; (9) rendahnya peran masyarakat terhadap agama; dan (10) penggunaan pena dan pedang secara tidak tepat.


1.3  Membangun Peradaban Bangsa Indonesia Melalui Pendidikan dan Bimbingan Komprehensif (Bab 4)
  Pada bab 4 ini, berisi tentang peran pendidikan dan bimbingan komprehensif dalam membangun peradaban sebuah bangsa.  Manusia selalu mengalami peradaban sebagai hasil mereka belajar dari kehidupan. Peradaban dapat mencerminkan adanya kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat dan bangsa yang maju adalah bangsa yang unggul dalam hal perdaban ini. Pendidikan adalah penyemai dan penanam adab secara utuh. Salah satu upaya untuk untuk membangun tradisi keilmuan adalah yang tinggi adalah dengan melalui pendidikan. Pendidikan harus mendapatkan perhatian khusus guna membangun sebuah kemajuan peradaban bangsa.
Terjadi kesenjangan yang tinggi antara negara kita sebagai negara berkembang dengan negara maju. Sehingga pemerintah di Zaman Susilo Bambang Yudoyono berusaha menjadi  Indonesia menjadi negara digaris depan dalam memperbaiki tatanan dunia dan memperjuangkan peradaban dunia. Karena Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi bangsa yang memiliki perdaban yang tinggi dengan keindahan dan kekayaan alamnya dengan jumlah penduduk yang tinggi.
Namun walaupun berpotensi menjadi negara yang memiliki peradaban tinggi tapi indonesia belum bisa meningkatkan tingkat kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan bangsa. Hal itu menjadi penyebab agar Indonesia bisa mengembangkan peradabannya demi kemakmuran hidup dari masyarakatnya.
Membangun peradaban sangatlah penting bagi sebuah bangsa. Hal yang paling esensial dalam membangun peradaban adalah dengan membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu yaitu salah satunya melalui pendidikan yang bermutu juga. Karena melalui pendidikan tersebut manusia mendapatkan mengalami perkembangan baik secara kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang bisa mengantarkan peserta didiknya mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, baik di masa kini atau di masa yang akan datang.
Suatu bangsa akan mengalami sebuah kemunduran atau kemorosotan tergantung berubahan yang dilakukan bangsa itu sendiri. Salah satu penyebab utama kemerosotan sebuah bangsa adalah karena kemerosotan pendidikan, penelitian, dan teknologi. Pendidikan di seluruh Indonesia harus dibangun secara merata dan tidak bersentral pada satu wilayah. Pendidikan harus didapatkan oleh seluruh warga, tanpa memandang miskin dan kaya. Pendidikan harus diperbaiki dari segi kualitas dan keterjangkauan ekonomi. Perkembangan penelitian juga harus diperhatikan dengan membangun fasilitas yang hebat di setiap perguruan tinggi, serta memberikan alokasi dana penelitian yang mencukupi dan terprogram untuk mengembangkan ilmu pendidikan dan teknologi yang memihak pada kepentingan bangsa. Kondisi ini tidak mungkin terjadi kalau tidak ada campur tangan pemerintah dan masyarakat di dunia pendidikan. Pemerintah harus meningkatkan anggaran di dunia pendidikan, peneltian dan teknologi serta memberikan fasilitas yang lebih memadai untuk mengembangkannya. 
Selain melalui pendidikan peradaban juga ditentukan oleh sebuah bimbingan yang komprehensif. Bimbingan komprehensif adalah sebuah konsep dasar dan kerangka kerja bimbingan dengan ciri-ciri memiliki program pembimbingan yang teratur, terencana, sistematis dalam upaya membantu peserta didik dalam mengembangkan diri.Tujuan bimbingan komprehensif adalah membantu peserta didik untuk berprestasi dan berkontribusi terhadap masyarakat. Bimbingan komprehensif memfasilitasi peseta didik untuk berkembang secara akademik, pribadi, dan sosial serta membantu mereka untuk menentukan karir di masa depan yang lebih baik.
Dalam bab ini juga dijelaskan tentang penelitian pendidikan dan bimbingan komprehensif ini membangun sebuah peradaban subuah bangsa. Melalui penelitian ini menemukan hubungan pendidikan terhadap sebuah kemajuan peradaban, karena faktanya pendidikan secara tidak langsung meningkatkan taraf ekonomi sebuah bangsa yang menjadi indikator dari kemajuan peradaban sebuah bangsa.
Bab ini juga menjelaskan tentang temuan penelitian bimbingan konprehensif yang berpengaruh terhadap perkembangan akademik, pribadi, sosial, dan karir siswa di sekolah. Efektifitas program bimbingan komprehensif dalam meningkatkan muttu pendidikan juga dipaparkan dalam bab ini. Sehingga dari fakta tersebut bisa mempertegas dan membuktikan asumsi bahwa kemajuan pendidikan dan bimbingan bisa menjadi awal kemajuan sebuah peradaban sebuah bangsa.
Buku ini sangat menarik menurut saya, karena menggunakan fakta dan bukti empiris yang nyata, sehingga saya bisa memiliki gambaran yang jelas terhadap tema dan topik tentang dunia pendidikan, bimbingan dan usaha dalam meningkatkan peradaban bangsa. Buku ini juga menggunakan fakta dari dalil agama yang sangat memperjelas bahwa agama adalah rahasia dari sebuah peradaban yang kuat dan maju. Karena Agamalah yang menjadi pondasi yang kuat untuk berkembangnya sebuah peradaban bangsa.






BAB II
Perbandingan dengan Buku Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa

2.1 Judul Buku            : Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa
Penulis             : Prof Dr. Furqon Hidayatullah. M.Pd.

Buku ini memilik kesamaan dengan buku yang ditulisProf. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd. yakni pada bab 3 dari buku ini yang menjelaskan hubungan akhlak dan karakter. Hal yang sama dengan bab 3 dari buku Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd. yang menjelaskan akhlak sebagai hal yang penting dalam peradaban. Namun pada buku ini penulis lebih global dalam memandang akhlak, dan mencoba menjelaskan istilah karakter yang lebih sering digunakan oleh masyarakat kita akhir-akhir ini. Buku ini juga menjelaskan seacara filosofis tentang perbedaan akhlak dan karakter secara terminologinya. Akhlak selalu memanggap baik dan benar itu berdasarkan tuntunan Al-Quran dan Hadits, sedangkan karakter adalah bembiasaan dari prilaku baik dan benar atas kendali otak manusia dalam menilai secara alami. Karekter adalah tabiat, watak, sifat kejiwaan, budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya, diman sifat itu tergantung pada faktor kehidupannya sendiri.
Sedangkan akhlak adalah keadaan kejiwaan seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu. Antara akhalak dan karakter memiliki ruang yang saling mengisi, sehingga oleh penulis buku ini bahwa  pendidikan karakter memiliki ikatan kuat dengan nilai-nilai spiritual dan agama.
Dalam buku ini ada bab yang menarik dan berbeda dengan buku yang pertama. Bab ini menjadikan ciri khas dari buku ini yang patut dibandingkan dengan buku yang lain. Dalam buku ini dijelaskan tentang pentingnya guru berkarakter (bab 5). Guru berkarakter memiliki daya tarik yang dapat memikat anak didiknya. Seorang guru yang berkarakter mampu memahami kemampuan setiap anak didiknya dan memotivasi anak didiknya untuk berprestasi. Motivasi-motivasinya membuat anak didiknya semangat dalam belajar. Seorang guru yang berkarakter mampu mengantarkan anak didiknya ke gerbang prestasi. Mereka mampu mencetak anak-anak Indonesia yang berkualitas dan berguna bagi nusa dan bangsa. Dengan cerdasnya anak bangsa, Indonesia pun akan maju. Generasi penerus bangsa yang cerdas akan menjadi jembatan kemajuan bangsa Indonesia. Generasi penerus bangsa yang cerdas mencerminkan pribadi bangsa dan mengangkat derajat serta martabat bangsa di mata dunia.
Seorang guru tak hanya dituntut untuk mencerdaskan intelegensi anak didiknya. Kecerdasan intelegensi tak akan seimbang bila tidak diimbangi dengan kecerdasan spiritual dan emosional. Untuk itu, seorang guru dituntut untuk dapat mengasah kecerdasan spiritual dan emosional anak didiknya, tak hanya kecerdasan intelegensinya saja. Karakter positif seorang guru dapat menjadi ilham bagi anak didiknya untuk dijadikan teladan.
Guru yang berkarakter tak mudah diciptakan begitu saja. Perlu adanya langkah untuk membentuk guru yang berkarakter positif. Pendidikan pembentuk guru berkarakter sangat di perlukan untuk mencetak guru-guru yang hebat. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Seorang guru yang dididik dengan teladan yang baik, cenderung akan menirunya dan menerapkan pada kehidupannya, terutama dalam  mengajar anak didiknya.
Tahap-tahap pendidikan berkarater pada buku ini dijelaskan  di bab 6 yang terdiri atas adab, tanggung jawab diri, peduli, kemandirian, bermasyarakat, lingkungan pendidikan berkarakter. Ada beberapa cara dalam proses pembentukan karakter pada anak diantaranya adalah dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah , mengenalkan dan membiasakan hal-hal positif pada anak dalam lingkup kluarga dan memberikan pengarahan atau pengertian tentang hal-hal positif yang bisa diterapkan dan dilakukan dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, untuk membentuk/membangun karakter positif pada anak diperlukan upaya terencana dan sungguh-sungguh diterapkan yang dikenal sebagai pendidikan karakter. Ada beberapa proses untuk terjadinya pembentukan yaitu pengenalan, pemahaman, penerapan, pengulangan / pembiasaan, pembudayaan, internalisasi menjadi karakter.
Beberapa aspek tersebut saling berperan penting dalam pembentukan karakter seorang anak karena dalam lingkungan tersebut banyak mengandung pembelajaran baik secara langsung atau tidak langsung. Di lingkungan tersebut seorang anak mendapatkan banyak pembelajaran berupa penanaman karakter religius/spiritual, kedisiplinan, tanggung jawab, jujur, saling tolong menolong, gotong royong, solidaritas dan lain sebagainya. Hal yang paling penting disini adalah sebelum kita merubah karakter seseorang yang paling utama perubahan itu harus dimulai dari diri kita. Kita harus membiasakan membangun pola pikir positif, melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan membangun karakter diri yang pantang menyerah.
Pada bab 7 dijelaskan strategi pembentukan karakter melalui keteladanan, penanaman kedisiplinan, pembiasaan, menciptakan suasana yang kondusif, dan integrasi.Secara psikologis manusia butuh akan teladan (peniruan) yang lahir dari ghorizah (naluri) yang bersemayam dalam jiwa. Yang dimaksud peniruan disini adalah hasrat yang mendorong anak, seseorang untuk meniru prilaku orang dewasa, atau orang yang mempunyai pengaruh. Pada dasarnya peniruan itu mempunyai tiga unsur, yaitu:
a. Keinginan atau dorongan untuk meniru.
b. Kesiapan untuk meniru.
c. Tujuan meniru.

 
Keluarga adalah sumber keteladanan bagi anak. Pondasi sikap dan perilaku positif yang kokoh akan lebih menguntungkan jika anak melanjutkan pendidikan ke lembaga formal. Tugas lembaga sekolah tidak menjadi lebih berat jika anak sudah dibekali pondasi sikap dan moral di lingkungan keluarga.
Kesabaran dan ketelatenan dalam merealisakan pembiasaan penting dilakukan seorang pendidik. Pendidik jangan menjadi satpam atau polisi yang selalu mengejar-ngejar kesalahan siswa dalam melaksanakan pembiasaan. Pendidik harus pandai dalam menyikapi kesalahan dalam pembiasan,  sehingga tidak lagi menjadi momok yang menakutkan tetapi menjadi insipirasi yang selalu dicari.
Pembiasan sederhana  berbaris rapi, bersalaman saat masuk maupun pulang sering terabaikan. Hal seperti ini akan menjadi modal pembiasaan siswa hormat pada yang lebih tua jika dilakukan dengan baik. Piket kelas terlaksana hanya sebagai gugur kewajiban siswa dalam melaksanakan tata tertib, padahal pengawasan dan kontrol dengan memberi pujian kepada mereka yang meleksanakan dengan baik menjadi titik awal siswa dalam melaksanakan tanggung jawab tanpa harus diperintah. Memberikan reinforcement yang tepat akan menumbuhkan motivasi siswa dalam mengulang pembiasaan dimanapun ia berada.  Punishment yang medidik dan tidak menyakitkan menjadikan siswa jauh dari kebencian.
Di sisi lain,  pembiasan pendidikan karakter juga  harus melibatkan elemen  keluarga dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan yang mesra dalam keluarga. Dari kemitraan yang hangat itu maka pendidikan keluarga akan membentuk sikap moral seorang anak, karena kedekatan emosional keluarga sangat membantu internalisasi nilai moral kepada diri anak tersebut.
Pendidikan yang  mulai terputus antara lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga, dan masyarakat perlu ditumbuhkan. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Karena kesinambungan dan keharmonisan antara elemen itu memperkuat dari segala sisi pendidikan anak.
Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga ikut andil dalam  pembentukan karakter yang pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Tidak kalah pentingnya pembiasaan yang terkontrol  di lingkungan masyarakat. Kontribusi  lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh dalam menumbuhkan karakter seseorang.
Pembiasaan yang  baik di  masyarakat menunjang  dalam mempengaruhi keberhasilan penanaman nilai – nilai etika, moral, dan estetika untuk pembentukan karakter yang luhur. Ketiga lingkungan pembentuk karakter tersebut haruslah sejalan. Lingkungan yang pertama dalam keluarga akan membetuk pribadi yang luhur jika lingkungan sekolah dan masyarakat ikut andil dalam menopang karakter seseorang.
Buku ini memiliki kajian yang tidak begitu mendalam tapi buku ini lebih aplikatif karena juga dilengkapi dengan strategi dan contoh-contoh materi yang bisa digunakan dalam pendidikan yang bisa digunakan oleh pendidik. Tapi kajian dari buku ini tidak terlalu dalam dan tidak memiliki refensi yang berimbang dalam hal landasan kajian filosofinya, tidak seperti buku yang pertama yang menggunakan berbagai sudut pandang teori baik dari teori filsafat barat juga teori filsafat agama juga, sehingga keduanya saling menguatkan satu sama lainnya. 
BAB III
Kesimpulan
1.      Kedua buku ini memiliki topik pembahasan yang sama yaitu pendidikan dan perannya dan fungsinya dalam membangun peradaban dari sebuah bangsa, namun pada buku yang pertama dibahas di bab I menambahkan topik lain yaitu tentang bimbingan sebagai bagian dari proses membangun sumber daya manusia dan pencarian identittasnya dalam pembangunan peradaban.
2.      Keduanya sama-sama menggunakan pendekatan filosofi yang sama, dimana kedua penulis buku tersebut menggunakan istilah akhlak dan membahas tema tersebut sebagai pembanding dalam pendidikan dan bimbingan yang bermoral dan etis.
3.      Gaya penulisan yang berbeda digunakana oleh kedua penulis tersebut, namun menurut saya bahasa di buku pertama menggunakan bahasa yang lugas dan komunikatif sedangkan yang kedua menggunakan bahasa yang lebih ringan tapi sayangnya ada beberapa hal yang pembaca kurang pahami maknanya karena kalimat yang terlalu panjang dan berbelit-belit.
4.      Kajian dari berbagai sudut pandang menjadi sumber dasar rujukan pada buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan menjadi pembahasan dari buku ini menjadi berimbang dari berbagai sudut teori barat, nilai-nilai agama, dan dari undang-undang kebijakan pemerintah. Bahkan pengrang menggunakan referensi yang berimbang dilengkapi pula pandangan dari sudut filosofi yang bersumber pada nilai-nilai agama. Sedangkan buku yang berjudul Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsatidak seperti buku yang pertama, buku ini kurang begitu berimbang dalam membandingkan kajian filosofinya berkaitan dengan pendidikan dan peradaban tapi kajian buku ini lebih luas jenisnya, karena ada bab yang topiknya membahas tentang strategi dan langkah-langkah pendidikan karakter, serta buku ini juga memberikan contoh cerita yang bisa menjadi materi ajar di kelas yang berupa cerita yang bisa dijadikan teladan untuk siswa.
5.      Keduanya bagus untuk dijadikan referensi bagi pendidik untuk memandang sebuah peradaban yang bisa dibangun dari pembangunan pendidikan, tapi bukuPendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsalebih menggali lebih pada kajian pendidikan karakter bukan pendidikan secara umum. Sedangkan Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan menitik beratkan pembangunan peradaban beserta upaya-upayanya seperti pendidikan, bimbingan, dan penelitian yang berkaitan dengan pendidikan dan bimbingan. Buku yang kedua ini tidak hanya menjelaskan banyak bimbingan sama pentingnya dengan pendidikan, begitu juga dengan penelitian pendidikan juga memiliki peran yang berbeda dalam membangun sebuah peradaban sebuah bangsa.
6.      Buku Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa memberikan satu bab tersendiri yang menjelaskan guru dan perannya dalam pendidikan karakter dan perannya dalam membangun peradaban bangsa. Sehingga buku ini begitu jelas diarahkan untuk dibaca oleh guru, walau ada bab yang mengkaji tentang pendidikan karakter di perguruan tinggi, tapi hanya sedikit porsinya. Sedangkan buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbinganlebih memberikan porsi yang lebih berimbang, antara pembahasan pendidikan di sekolah dengan pendidikan di sekolah tinggi. Bahkan buku ini menjelaskan juga pentinganya peran perguruan tinggi dalam melakukan penelitian untuk mendukung kemajuan dunia pendidikan dan perkembangan peradaban sebuah bangsa, karena menurut pendapat penulisnya peradaban juga tak lepas dari peran peneliti sebagai bagian masyarakat yang peduli untuk mengadakan kajian terhadap program dan proses dalam dunia pendidikan dan bimbingan.
7.      Buku Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan merupakan buku yang dalam kajian teorinya, kajiannya sangat mendalam dan fokus pada pendidikan, bimbingan, dan peradaban. Tapi untuk bukuPendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa kajiannya tidak begitu dalam, tapi cakupan kajiannya meluas kepada teknis dan strategi yang bisa diaplikasikan langsung. Buku yang kedua menurut saya ditulis dengan tujuan untuk dijadikan panduan bagi guru dan pendidik pada umumnya dalam menerapkan pendidikan karakter di kelas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menghindari Doktrinasi Terorisme