ANALISIS
BUKU MEMBANGUN PERADABAN MELALUI
PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN, SERTA PERBANDINGAN DENGAN BUKU PENDIDIKAN KARAKTER MEMBANGUN PERADABAN BANGSA
TUGAS
MATA KULIAH
LANDASAN
PEDAGOGIK
Program
Doktor Semester 2 tahun 2018
Dosen
pengampu
Prof.
Dr. Achmad Juntika Nurihsan,M.Pd.
Dr.
H. Mubiar Agustin,M.Pd.
Oleh
:
Ahmad
Maskur Subaweh, M.Pd.
1708013
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Kata
Pengantar
Segala puji bagi Allah
Swt. yang telah memberikan rakhmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis
sehingga mampu menyelesaikan makalah Analisis Perbandingan Buku Membangun
Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan karya Prof. Dr. Achmad Juntika
Nurihsan,M.Pd. dengan Buku Membangun
Peradaban Melalui Pendidikan Dan Bimbingan Dengan Buku Pendidikan Islam
Membentuk Manusia Berkarater Dan Beradab karya Dr. Adian Husaini sebagai tugas Ujian Tengah Semester 2
Matakuliah Landasan Pedagogik di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia semester 2
pada Program Pascasarjana UPI Bandung.
Walaupun dalam makalah ini masih ada kekurangan
dalam analisis semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya. Semoga makalah ini bisa menjadi bahan referensi dalam
memilih buku-buku yang bermutu dan berkualitas unggul dalam segi ilmiahnya.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen
Pengampuh Matakuliah Landasan Pedagogik Prof. Dr. Achmad Juntika Nurihsan,M.Pd.
dan Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd. yang telah membimbing dan mengarjakan penulis
tentang betapa pentingnya agam dan pendidikan dalam membangun peradaban bangsa
yang unggul dan berakhlakul karimah.
Penulis menyampaikan permohonan maaf apabila
penyusunan makalah ini masih memiliki kekurangan baik dari segi ejaan, isi
maupun kelengkapan analisis secara mendalam.
PENULIS
i
Daftar
Isi
Kata
Pengantar .............................................................................
i
Daftar
Isi ........................................................................................
ii
BAB
1 RESENSI BAB 2,3, DAN 4 BUKU MEMBANGUN PERADABAN MELALUI PENDIDIKAN DAN
BIMBINGAN Penulis : Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd......................................................................................
1.1 Bab
2 Hakikat Pendidikan ................................................
1.2 Bab
3 Akhlak Sebagai Jantung Peradaban .........................
1.3 Bab
4 Membangun Peradaban Bangsa Indonesia Melalui Pendidikan dan Bimbingan
Komprehensif. ........................
BAB
2 ANALISIS PERBANDINGAN BUKUBUKU PENDIDIKAN KARAKTER MEMBANGUN PERADABAN BANGSA......................................................................
2.1
Resensi Buku 2
....................................................................
BAB
3 SIMPULAN .........................................................................
DAFTAR RUJUKAN
|
Bab I
Membangun Peradaban Melalui
Pendidikan dan Bimbingan
Karya
: Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd.
1.1 Hakikat Pendidikan (Bab 2)
Pada buku ini penulis
sangat jelas sekali memaparkan hubungan pendidikan dan bimbingan terhadap
pembangunan suatu peradaban dari sebuah bangsa. Karena dengan pendidikan dan
bimbingan yang baik maka akan tebentuklah peradaban yang baik pula. Menurut
pandangan penulis pendidikan dan bimbingan ini tidak juga diperbolehkan
menyampingkan ilmu agama, tidak boleh memisahkan dan mengkotak-kotakan
keduanya, karena pada dasarnya dari nilai-nilai agama itulah model pendidikan
dan bimbingan yang baik dipercontohkan dan patut diaplikasikan. Agama adalah
sumber ajaran yang mutlak dan syarat akan nilai-nilai kebenaran yang mampu
menjadi sumber panutan dalam tatanan kehidupan berbangsa yang lebih baik.
Ada tiga bab yang saya
pilih untuk dibaca dan saya ambil hikmahnya sebagai intisari dari isi buku ini.
Yaitu salah satunya bab 2, hakikat pendidikan dijelaskan secara detail pada bab
2 pada buku ini. Pendidikan harus
menanamkan nilai-nilai keimanan dan idealisme pada diri peserta didik.
Pendidikan pun harus berupaya melestarikan dan mengusung kebudayaan bangsa.
Fakta menunjukkan bahwa pandangan keagamaan (religius
worldviews) lah yang mampu memperkuat kualitas karakter yang dibutuhkan
bagi keberlangsungan pembangunan dan realisasi visi keadilan, persaudaraan, dan
kesejahteraan umat seluruhnya. Karena
nilai keagamaan inilah yang menjadi pondasi dari pembangunan sebuah peradaban,
dan akan menjadi tolak ukur perwujudan dari segala tujuan luhur sebuah bangsa
baik berupa persatuan, kesatuan, dan kesejahteraan bagi seluruh bagian dari
bangsa dan negara tersebut.
Pandangan para ahli tentang hakikat pendidikan
menjadikan buku ini kaya akan ilmu pengetahuan dengan mengkaji suatu definisi
dari hasil pandangan para ahli sehingga teori keilmiahan pada buku ini lebih
kuat dan tajam. Bukan hanya itu, cara penyampaian gagasan dan teori secara
sederhana membuat kemudahan dalam pemahaman bagi pembaca. Seperti Ath. Thatawi
menyebutkan pondasi dasar bagi berdirinya keberadaban yang kokoh yakni
pendidikan moral dengan etika keagamaan dan keutamaan kemanusiaan. Ath. Thatawi
menyimpulkan bahwa agama adalah pondasi terkuat bagi kebaikan dan keberdirian
dunia. Agama adalah tali kekang bagi manusia. Pandangan yang sama juga
dikemukakan oleh banyak cendekiawan di dalam buku ini, yakni Bernard Lewis
(2005:150) merumuskan bahwa unsur pokok suatu peradaban adalah agama. Agama
adalah faktor terpenting yang menentukan karakteristik suatu peradaban. Menurut
Cristopher Dawson, agama-agama besar merupakan fondasi dari peradaban-peradaban
besar sebagai kelanjutannya.
Selain dari agama, buku
ini juga mengemukakan bahwa ada faktor terpenting lainnya dalam membangun
peradaban bangsa adalah tradisi keilmuan. Adian Husaini (2005:xxxiii)
menjelaskan bahwa politik, ekonomi, informasi yang berbasis keilmuan yang
tinggi adalah sektor penting dalam membangun peradaban bangsa. Karena sektor diluar agama tersebut tadi
memiliki peran yang berbeda-beda dalam pembangunan sebuah bangsa, masing-masing
saling terikat satu sama lain dan bisa menjadi titik lemah bila kurang
diperhatikan keberadaanya. Hal itu menggambarkan bahwa sebuah peradaban
haruslah diperjuangkan dari beberapa sisi yang berbeda tapi harus memiliki
landasan dan arah visi yang sama, sehingga pembangunan peradaban itu akan
mencapai pada satu titik keberhasilan yang optimal dengan terbentuknya
kehidupan bangsa yang aman dan sejahtera.
Pandangan-pandangan
para ahli dalam menyampaikan teorinya merupakan kekuatan tersendiri dalam buku
ini yang dijadikan sebagai landasan awal dalam mengembangkan tentang definisi
hakikat pendidikan. Selain itu, dari pandangan-pandagan para ahli, dalam bab 2
juga memberikan bukti-bukti kemajuan peradaban bangsa dan perkembangan keilmuan
pada kejayaan umat islam yang mengalami masa puncaknya pada masa Dinasti
Abbassiyah (750 M -1258 M). Bukti tersebut memperkuat teori-teori yang
dipaparkan oleh para ahli sehingga pembaca menemukan titik temu tentang
pemahaman yang dipaparkan dalam buku ini bukan hanya sekedar teori melainkan
teori ini sudah dipraktekan oleh umat islam pada masa Dinasti Abbassiyah.
Selain memberikan
gambaran fakta sejarah islam, di dalam bab 2 ini juga memberikan fakta lainnya dari
bangsa Eropa dan Amerika. Mereka merupakan bangsa yang berperadaban tinggi
sampai sekarang karena mereka cinta terhadap ilmu pengetahuan (Jaih Mubarok,
2008:18). Ini memberikan pembelajaran bagi kita bahwa bangsa kita juga bisa
mencapai titik yang sama dengan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika yang saat ini
sedang pada titik peradaban yang tinggi Tetapi dengan beberapa syarat, yaitu
salah satunya mencintai ilmu dan pengetahuan.
Semua pembahasan di bab
2 tersusun secara sistematika dengan mencari landasan teori dari berbagai ahli
serta fakta-fakta yang disuguhkan, selanjutnya pada bab 2 ini penulis mencoba
menarik benang merah dengan memberikan pemaparan tentang hakikat pendidikan itu
sendiri yang berasal dari sumber landasan teori dan fakta yang sebelumnya
dipaparkan. Bahwa pendidikan hakikatnya adalah merupakan sebuah usaha atau
proses ayng ditunjukan untuk membina kualitas sumberdaya manusia seutuhnya agar
dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal.
Pendidikan juga dijelaskan dalam buku ini merupakan gejala insani yang penting
dalam kehidupan seorang manusia untuk mengantarkan manusia kedunia peradaban.
Baku ini membandingkan
beberapa pendapat untuk mamahami konsep dari hakikat sebuah pendidikan dalam
perannya pada sebuah peradaban bangsa. Seperti halnya menyampaikan makna
pendidikan menurut UNESCO (1972) dan diperbandingkan dengan padangan islam
tentang makna pendidikan yang diambil dari penjelasan Djawad Dahlan (2007:42).
Sehingga pemahaman yang didapat oleh pembaca menjadi utuh dan lengkap dari sisi
pandang yang berbeda, baik dari paradigma barat dan islam.
Kajian dari berbagai
sudut pandang menjadi sumber dasar rujukan yang nantinya akan ditansformasikan
dengan penyesuaian pada keberadaan bangsa Indonesia dalam membangun perdaban
dengan memberikan gambaran tentang pendidikan yang bermutu yang tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.
Selain pemaparan Undang-Undang penulis
mencoba menunjukkan secara garis besar tentang penyebab kemerosotan pendidikan,
penelitian, dan teknologi, yakni kemunduruan peradaban suatu bangsa. Bukan
hanya memaparkan dari segi masalah, penulispun memberikan rumusan penting dalam
pemecahan masalah dengan memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut dengan melalui pembangunan sektor pendidikan, peneltiain berkualitas
tinggi melalui pengembangan sekolah-sekolah, universitas, dan akademik yang
perlu diberikan untuk memastikan bahwa pendidikan tersebut benar-benar yang
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
1.2 Akhlak Sebagai Jantung Peradaban(Bab 3)
Dalam bab 3 ini
dijelaskan beberapa pandangan dari para ahli dengan disertai bukti-bukti
tentang pembangunan peradaban manusia yang bersumber dari pondasi awal, yakni
agama. Tetapi, pada bab 3 penulis hanya sekedar memperkuat landasan teori dari
beberapa pandangan para ahli mengenai perdaban dengan memberikan penguatan
dalil-dalil Al-Quran antara lain;1. Q.S. Al-A’raf:96; 2. Q.S. Al-An’am:44; 3.
Q.S. al-Isra: 16 serta sejarah perkembangan dan runtuhnya perdaban di berbagai
dunia seperti hancurnya perdaban umat Nabi Nuh akibat kekufuran mereka terhadap
risalah tauhid yang disampaikan oleh Nabi Nuh selama 950 tahun. Dari semuanya,
penulis memberikan kesimpulan bahwa moralitas, akhlak, dan budi pekerti selalu
beriringan dengan jatuh bangunnya sebuah kaum seperti halnya kisan Nabi Nuh dan
penjelasan Allah dalam Al-Quran. Ambisi pribadi, kemaksiatan, korupsi, dan
pengkhianatan adalah bentuk pencemaran akhlak yang berimplikasi langsung
terhadap hancurnya perdaban.
Peran penting akhlak pendidik dalam membangun peradaban bangsa
haruslah kita perhatikan sebagai intropeksi diri. Peradaban merupakan istilah
yang digunakan untuk menunjukkan kemajuan moral, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni suatu bangsa. Pendidik yang berakhlak mulia yang ditunjukkan
dengan penuh kesabaran, penuh kasih sayang, sopan, tidak takabur, bersahabat,
menyantuni, membimbing, kerja keras, berani dan adil akan menjadi inspirasi
bagi peserta didik dan masyarakat di sekitarnya untuk menampilkan pribadinya
yang beradab.
Dalam buku ini juga
dipaparkan contoh kisah tentang hancurnya
peradaban dari sebuah bangsa yang besar yaitu hancurnya peradaban kekaisaran Romawi.
“Sayangnya, di balik
kemegahan peradaban Romawi, banyak hal yang menggerogoti kejayaan dari dalam.
Faktor internal membuat mereka berakhir dengan tragis. Kejayaan yang selama ini
dibanggakan runtuh seketika. Kebusukan ini menyebabkan mereka lemah dan rapuh.
Harta kekayaan yang dimiliki kaisar, membuat kerajaan selalu berfoya-foya.
Pemerintahan Romawi diisi oleh orang yang tidak jelas kerjanya dan korup”.
Kisah dalam
bab 3 ini menjadi bukti moralitas, akhlak, dan budi pekerti memiliki peran yang
sangat penting bagi kemajuan dan kemunduran peradaban umat manusia. Penulis
memperkuat kesimpulan dari pengkisahan sejarah-sejarah melalui pendapat Ibnu
Khaldun yang mengidentifikasi ada 10 faktor penyebab internal lemahnya dan
runtuhnya peradaban yang bermuara pada degredasi akhlak yakni: (1) rusaknya
akhlak penguasa; (2) penindasan penguasa dan ketidak adilan; (3) despotisme
atau kezaliman; (4) orientasi kemewahan masyarakat; (5) egoisme; (6)
oportunisme; (7) penarikan pajak secara berlebihan; (8) keikutsertaan penguasa
dalam kegiatan ekonomi rakyat; (9) rendahnya peran masyarakat terhadap agama;
dan (10) penggunaan pena dan pedang secara tidak tepat.
1.3 Membangun Peradaban Bangsa
Indonesia Melalui Pendidikan dan Bimbingan Komprehensif (Bab 4)
Pada bab 4 ini, berisi tentang peran
pendidikan dan bimbingan komprehensif dalam membangun peradaban sebuah
bangsa. Manusia selalu mengalami
peradaban sebagai hasil mereka belajar dari kehidupan. Peradaban dapat mencerminkan
adanya kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat dan bangsa yang maju adalah
bangsa yang unggul dalam hal perdaban ini. Pendidikan adalah penyemai dan
penanam adab secara utuh. Salah satu upaya untuk untuk membangun tradisi
keilmuan adalah yang tinggi adalah dengan melalui pendidikan. Pendidikan harus
mendapatkan perhatian khusus guna membangun sebuah kemajuan peradaban bangsa.
Terjadi
kesenjangan yang tinggi antara negara kita sebagai negara berkembang dengan
negara maju. Sehingga pemerintah di Zaman Susilo Bambang Yudoyono berusaha
menjadi Indonesia menjadi negara digaris
depan dalam memperbaiki tatanan dunia dan memperjuangkan peradaban dunia.
Karena Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi bangsa yang memiliki
perdaban yang tinggi dengan keindahan dan kekayaan alamnya dengan jumlah
penduduk yang tinggi.
Namun
walaupun berpotensi menjadi negara yang memiliki peradaban tinggi tapi
indonesia belum bisa meningkatkan tingkat kesejahteraan, pendidikan, dan
kesehatan bangsa. Hal itu menjadi penyebab agar Indonesia bisa mengembangkan
peradabannya demi kemakmuran hidup dari masyarakatnya.
Membangun
peradaban sangatlah penting bagi sebuah bangsa. Hal yang paling esensial dalam
membangun peradaban adalah dengan membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang
bermutu yaitu salah satunya melalui pendidikan yang bermutu juga. Karena
melalui pendidikan tersebut manusia mendapatkan mengalami perkembangan baik
secara kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pendidikan yang bermutu adalah
pendidikan yang bisa mengantarkan peserta didiknya mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik di masa kini atau di masa yang akan datang.
Suatu
bangsa akan mengalami sebuah kemunduran atau kemorosotan tergantung berubahan
yang dilakukan bangsa itu sendiri. Salah satu penyebab utama kemerosotan sebuah
bangsa adalah karena kemerosotan pendidikan, penelitian, dan teknologi.
Pendidikan di seluruh Indonesia harus dibangun secara merata dan tidak
bersentral pada satu wilayah. Pendidikan harus didapatkan oleh seluruh warga,
tanpa memandang miskin dan kaya. Pendidikan harus diperbaiki dari segi kualitas
dan keterjangkauan ekonomi. Perkembangan penelitian juga harus diperhatikan
dengan membangun fasilitas yang hebat di setiap perguruan tinggi, serta
memberikan alokasi dana penelitian yang mencukupi dan terprogram untuk
mengembangkan ilmu pendidikan dan teknologi yang memihak pada kepentingan
bangsa. Kondisi ini tidak mungkin terjadi kalau tidak ada campur tangan
pemerintah dan masyarakat di dunia pendidikan. Pemerintah harus meningkatkan
anggaran di dunia pendidikan, peneltian dan teknologi serta memberikan
fasilitas yang lebih memadai untuk mengembangkannya.
Selain
melalui pendidikan peradaban juga ditentukan oleh sebuah bimbingan yang
komprehensif. Bimbingan komprehensif adalah sebuah konsep dasar dan kerangka
kerja bimbingan dengan ciri-ciri memiliki program pembimbingan yang teratur,
terencana, sistematis dalam upaya membantu peserta didik dalam mengembangkan
diri.Tujuan bimbingan komprehensif adalah membantu peserta didik untuk
berprestasi dan berkontribusi terhadap masyarakat. Bimbingan komprehensif
memfasilitasi peseta didik untuk berkembang secara akademik, pribadi, dan
sosial serta membantu mereka untuk menentukan karir di masa depan yang lebih
baik.
Dalam
bab ini juga dijelaskan tentang penelitian pendidikan dan bimbingan
komprehensif ini membangun sebuah peradaban subuah bangsa. Melalui penelitian
ini menemukan hubungan pendidikan terhadap sebuah kemajuan peradaban, karena
faktanya pendidikan secara tidak langsung meningkatkan taraf ekonomi sebuah
bangsa yang menjadi indikator dari kemajuan peradaban sebuah bangsa.
Bab
ini juga menjelaskan tentang temuan penelitian bimbingan konprehensif yang
berpengaruh terhadap perkembangan akademik, pribadi, sosial, dan karir siswa di
sekolah. Efektifitas program bimbingan komprehensif dalam meningkatkan muttu
pendidikan juga dipaparkan dalam bab ini. Sehingga dari fakta tersebut bisa
mempertegas dan membuktikan asumsi bahwa kemajuan pendidikan dan bimbingan bisa
menjadi awal kemajuan sebuah peradaban sebuah bangsa.
Buku
ini sangat menarik menurut saya, karena menggunakan fakta dan bukti empiris
yang nyata, sehingga saya bisa memiliki gambaran yang jelas terhadap tema dan
topik tentang dunia pendidikan, bimbingan dan usaha dalam meningkatkan
peradaban bangsa. Buku ini juga menggunakan fakta dari dalil agama yang sangat
memperjelas bahwa agama adalah rahasia dari sebuah peradaban yang kuat dan
maju. Karena Agamalah yang menjadi pondasi yang kuat untuk berkembangnya sebuah
peradaban bangsa.
BAB II
Perbandingan dengan Buku Pendidikan
Karakter Membangun Peradaban Bangsa
2.1 Judul Buku :
Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa
Penulis :
Prof Dr. Furqon Hidayatullah. M.Pd.
Buku ini memilik kesamaan dengan buku
yang ditulisProf. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd. yakni pada bab 3 dari buku ini
yang menjelaskan hubungan akhlak dan karakter. Hal yang sama dengan bab 3 dari
buku Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd. yang menjelaskan akhlak sebagai hal yang
penting dalam peradaban. Namun pada buku ini penulis lebih global dalam
memandang akhlak, dan mencoba menjelaskan istilah karakter yang lebih sering
digunakan oleh masyarakat kita akhir-akhir ini. Buku ini juga menjelaskan
seacara filosofis tentang perbedaan akhlak dan karakter secara terminologinya.
Akhlak selalu memanggap baik dan benar itu berdasarkan tuntunan Al-Quran dan
Hadits, sedangkan karakter adalah bembiasaan dari prilaku baik dan benar atas
kendali otak manusia dalam menilai secara alami. Karekter adalah tabiat, watak,
sifat kejiwaan, budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya, diman
sifat itu tergantung pada faktor kehidupannya sendiri.
Sedangkan akhlak adalah keadaan
kejiwaan seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu. Antara akhalak dan karakter
memiliki ruang yang saling mengisi, sehingga oleh penulis buku ini bahwa pendidikan karakter memiliki ikatan kuat
dengan nilai-nilai spiritual dan agama.
Dalam buku ini ada bab yang menarik
dan berbeda dengan buku yang pertama. Bab ini menjadikan ciri khas dari buku
ini yang patut dibandingkan dengan buku yang lain. Dalam buku ini dijelaskan
tentang pentingnya guru berkarakter (bab 5). Guru berkarakter
memiliki daya tarik yang dapat memikat anak didiknya. Seorang guru yang
berkarakter mampu memahami kemampuan setiap anak didiknya dan memotivasi anak
didiknya untuk berprestasi. Motivasi-motivasinya membuat anak didiknya semangat
dalam belajar. Seorang guru yang berkarakter mampu mengantarkan anak didiknya
ke gerbang prestasi. Mereka mampu mencetak anak-anak Indonesia yang berkualitas
dan berguna bagi nusa dan bangsa. Dengan cerdasnya anak bangsa, Indonesia pun
akan maju. Generasi penerus bangsa yang cerdas akan menjadi jembatan kemajuan
bangsa Indonesia. Generasi penerus bangsa yang cerdas mencerminkan pribadi
bangsa dan mengangkat derajat serta martabat bangsa di mata dunia.
Seorang
guru tak hanya dituntut untuk mencerdaskan intelegensi anak didiknya.
Kecerdasan intelegensi tak akan seimbang bila tidak diimbangi dengan kecerdasan
spiritual dan emosional. Untuk itu, seorang guru dituntut untuk dapat mengasah
kecerdasan spiritual dan emosional anak didiknya, tak hanya kecerdasan
intelegensinya saja. Karakter positif seorang guru dapat menjadi ilham bagi
anak didiknya untuk dijadikan teladan.
Guru
yang berkarakter tak mudah diciptakan begitu saja. Perlu adanya langkah untuk
membentuk guru yang berkarakter positif. Pendidikan pembentuk guru berkarakter
sangat di perlukan untuk mencetak guru-guru yang hebat. Pendidikan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Seorang guru yang
dididik dengan teladan yang baik, cenderung akan menirunya dan menerapkan pada
kehidupannya, terutama dalam mengajar anak didiknya.
Tahap-tahap pendidikan berkarater
pada buku ini dijelaskan di bab 6 yang
terdiri atas adab, tanggung jawab diri, peduli, kemandirian, bermasyarakat, lingkungan
pendidikan berkarakter. Ada beberapa cara dalam proses pembentukan
karakter pada anak diantaranya adalah dengan memberikan pendidikan karakter di
sekolah , mengenalkan dan membiasakan hal-hal positif pada anak dalam lingkup
kluarga dan memberikan pengarahan atau pengertian tentang hal-hal positif yang
bisa diterapkan dan dilakukan dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena
itu, untuk membentuk/membangun karakter positif pada anak diperlukan upaya
terencana dan sungguh-sungguh diterapkan yang dikenal sebagai pendidikan
karakter. Ada beberapa proses untuk terjadinya pembentukan yaitu pengenalan,
pemahaman, penerapan, pengulangan / pembiasaan, pembudayaan, internalisasi
menjadi karakter.
Beberapa aspek tersebut saling berperan penting dalam
pembentukan karakter seorang anak karena dalam lingkungan tersebut banyak
mengandung pembelajaran baik secara langsung atau tidak langsung. Di lingkungan
tersebut seorang anak mendapatkan banyak pembelajaran berupa penanaman karakter
religius/spiritual, kedisiplinan, tanggung jawab, jujur, saling tolong
menolong, gotong royong, solidaritas dan lain sebagainya. Hal yang paling
penting disini adalah sebelum kita merubah karakter seseorang yang paling utama
perubahan itu harus dimulai dari diri kita. Kita harus membiasakan membangun
pola pikir positif, melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan membangun
karakter diri yang pantang menyerah.
Pada bab 7 dijelaskan strategi
pembentukan karakter melalui keteladanan, penanaman kedisiplinan, pembiasaan,
menciptakan suasana yang kondusif, dan integrasi.Secara psikologis manusia butuh akan
teladan (peniruan) yang lahir dari ghorizah (naluri) yang bersemayam dalam jiwa.
Yang dimaksud peniruan disini adalah hasrat yang mendorong anak, seseorang
untuk meniru prilaku orang dewasa, atau orang yang mempunyai pengaruh. Pada
dasarnya peniruan itu mempunyai tiga unsur, yaitu:
a. Keinginan
atau dorongan untuk meniru.
b. Kesiapan
untuk meniru.
Keluarga adalah sumber keteladanan bagi anak. Pondasi sikap dan perilaku positif yang kokoh akan lebih menguntungkan jika anak melanjutkan pendidikan ke lembaga formal. Tugas lembaga sekolah tidak menjadi lebih berat jika anak sudah dibekali pondasi sikap dan moral di lingkungan keluarga.
Kesabaran dan
ketelatenan dalam merealisakan pembiasaan penting dilakukan seorang pendidik.
Pendidik jangan menjadi satpam atau polisi yang selalu mengejar-ngejar
kesalahan siswa dalam melaksanakan pembiasaan. Pendidik harus pandai dalam
menyikapi kesalahan dalam pembiasan, sehingga tidak lagi menjadi momok
yang menakutkan tetapi menjadi insipirasi yang selalu dicari.
Pembiasan
sederhana berbaris rapi, bersalaman saat masuk maupun pulang sering
terabaikan. Hal seperti ini akan menjadi modal pembiasaan siswa hormat pada
yang lebih tua jika dilakukan dengan baik. Piket kelas terlaksana hanya sebagai
gugur kewajiban siswa dalam melaksanakan tata tertib, padahal pengawasan dan
kontrol dengan memberi pujian kepada mereka yang meleksanakan dengan baik
menjadi titik awal siswa dalam melaksanakan tanggung jawab tanpa harus
diperintah. Memberikan reinforcement yang tepat akan menumbuhkan motivasi siswa
dalam mengulang pembiasaan dimanapun ia berada. Punishment yang medidik
dan tidak menyakitkan menjadikan siswa jauh dari kebencian.
Di sisi lain,
pembiasan pendidikan karakter juga harus melibatkan elemen
keluarga dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu
dilakukan adalah membangun kembali kemitraan yang mesra dalam keluarga. Dari
kemitraan yang hangat itu maka pendidikan keluarga akan membentuk sikap moral
seorang anak, karena kedekatan emosional keluarga sangat membantu internalisasi
nilai moral kepada diri anak tersebut.
Pendidikan yang
mulai terputus antara lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga, dan
masyarakat perlu ditumbuhkan. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan
berhasil selama antara lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan
keharmonisan. Karena kesinambungan dan keharmonisan antara elemen itu
memperkuat dari segala sisi pendidikan anak.
Dengan demikian, rumah
tangga dan keluarga ikut andil dalam pembentukan karakter yang pertama
dan utama harus lebih diberdayakan. Tidak kalah pentingnya pembiasaan yang
terkontrol di lingkungan masyarakat. Kontribusi lingkungan
masyarakat juga sangat berpengaruh dalam menumbuhkan karakter seseorang.
Pembiasaan yang
baik di masyarakat menunjang dalam mempengaruhi keberhasilan
penanaman nilai – nilai etika, moral, dan estetika untuk pembentukan karakter
yang luhur. Ketiga lingkungan pembentuk karakter tersebut haruslah sejalan.
Lingkungan yang pertama dalam keluarga akan membetuk pribadi yang luhur jika
lingkungan sekolah dan masyarakat ikut andil dalam menopang karakter seseorang.
Buku ini memiliki
kajian yang tidak begitu mendalam tapi buku ini lebih aplikatif karena juga
dilengkapi dengan strategi dan contoh-contoh materi yang bisa digunakan dalam
pendidikan yang bisa digunakan oleh pendidik. Tapi kajian dari buku ini tidak
terlalu dalam dan tidak memiliki refensi yang berimbang dalam hal landasan
kajian filosofinya, tidak seperti buku yang pertama yang menggunakan berbagai
sudut pandang teori baik dari teori filsafat barat juga teori filsafat agama
juga, sehingga keduanya saling menguatkan satu sama lainnya.
BAB III
Kesimpulan
1.
Kedua buku ini memiliki topik pembahasan yang sama yaitu pendidikan dan perannya
dan fungsinya dalam membangun peradaban dari sebuah bangsa, namun pada buku
yang pertama dibahas di bab I menambahkan topik lain yaitu tentang bimbingan
sebagai bagian dari proses membangun sumber daya manusia dan pencarian
identittasnya dalam pembangunan peradaban.
2.
Keduanya sama-sama menggunakan pendekatan filosofi yang sama, dimana kedua
penulis buku tersebut menggunakan istilah akhlak dan membahas tema tersebut
sebagai pembanding dalam pendidikan dan bimbingan yang bermoral dan etis.
3.
Gaya penulisan yang berbeda digunakana oleh kedua penulis tersebut, namun
menurut saya bahasa di buku pertama menggunakan bahasa yang lugas dan
komunikatif sedangkan yang kedua menggunakan bahasa yang lebih ringan tapi
sayangnya ada beberapa hal yang pembaca kurang pahami maknanya karena kalimat
yang terlalu panjang dan berbelit-belit.
4.
Kajian dari berbagai sudut pandang
menjadi sumber dasar rujukan pada buku
Membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan menjadi pembahasan
dari buku ini menjadi berimbang dari berbagai sudut teori barat, nilai-nilai
agama, dan dari undang-undang kebijakan pemerintah. Bahkan pengrang menggunakan
referensi yang berimbang dilengkapi pula pandangan dari sudut filosofi yang
bersumber pada nilai-nilai agama. Sedangkan buku yang berjudul Pendidikan Karakter Membangun Peradaban
Bangsatidak seperti buku yang pertama, buku ini kurang begitu berimbang
dalam membandingkan kajian filosofinya berkaitan dengan pendidikan dan
peradaban tapi kajian buku ini lebih luas jenisnya, karena ada bab yang
topiknya membahas tentang strategi dan langkah-langkah pendidikan karakter,
serta buku ini juga memberikan contoh cerita yang bisa menjadi materi ajar di
kelas yang berupa cerita yang bisa dijadikan teladan untuk siswa.
5.
Keduanya bagus untuk dijadikan referensi bagi pendidik untuk memandang
sebuah peradaban yang bisa dibangun dari pembangunan pendidikan, tapi bukuPendidikan Karakter Membangun Peradaban
Bangsalebih menggali lebih pada kajian pendidikan karakter bukan pendidikan
secara umum. Sedangkan Membangun
Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan menitik beratkan pembangunan
peradaban beserta upaya-upayanya seperti pendidikan, bimbingan, dan penelitian
yang berkaitan dengan pendidikan dan bimbingan. Buku yang kedua ini tidak hanya
menjelaskan banyak bimbingan sama pentingnya dengan pendidikan, begitu juga
dengan penelitian pendidikan juga memiliki peran yang berbeda dalam membangun
sebuah peradaban sebuah bangsa.
6.
Buku Pendidikan Karakter Membangun
Peradaban Bangsa memberikan satu bab tersendiri yang menjelaskan guru dan
perannya dalam pendidikan karakter dan perannya dalam membangun peradaban
bangsa. Sehingga buku ini begitu jelas diarahkan untuk dibaca oleh guru, walau
ada bab yang mengkaji tentang pendidikan karakter di perguruan tinggi, tapi
hanya sedikit porsinya. Sedangkan buku Membangun
Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbinganlebih memberikan porsi yang lebih
berimbang, antara pembahasan pendidikan di sekolah dengan pendidikan di sekolah
tinggi. Bahkan buku ini menjelaskan juga pentinganya peran perguruan tinggi
dalam melakukan penelitian untuk mendukung kemajuan dunia pendidikan dan
perkembangan peradaban sebuah bangsa, karena menurut pendapat penulisnya
peradaban juga tak lepas dari peran peneliti sebagai bagian masyarakat yang
peduli untuk mengadakan kajian terhadap program dan proses dalam dunia
pendidikan dan bimbingan.
7.
Buku Membangun Peradaban
Melalui Pendidikan dan Bimbingan merupakan buku yang
dalam kajian teorinya, kajiannya sangat mendalam dan fokus pada pendidikan,
bimbingan, dan peradaban. Tapi untuk bukuPendidikan
Karakter Membangun Peradaban Bangsa kajiannya tidak begitu dalam, tapi
cakupan kajiannya meluas kepada teknis dan strategi yang bisa diaplikasikan
langsung. Buku yang kedua menurut saya ditulis dengan tujuan untuk dijadikan
panduan bagi guru dan pendidik pada umumnya dalam menerapkan pendidikan
karakter di kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar