Minggu, 06 Januari 2019

Guru Honorer dan Buruh Tani Tonggak Kemajuan Bangsa yang Mulai Rapuh

Guru Honorer dan Buruh Tani Tonggak Kemajuan Bangsa yang Mulai Rapuh

       Guru Honorer dan buruh tani bisa dikatakan sebagai tonggak kemajuan bangsa, karena dari kedua profesi inilah bangsa kita bisa menjadi bangsa yang mandiri dan kuat layaknya kejayaan Majapahit dan Sriwijaya waktu dulu. Pada waktu itu  negara kita memiliki kekuatan maritim sekaligus agraris yang unggul, ilmu pengetahuan pun maju. Semua itu terbukti dari peninggalan kebudayaan dan peradaban kerjaan majapahit berupa Candi Borobudur yang merupakan bangunan raksasa yang memiliki tinggkat arsitektur tingkat tinggi untuk saat itu. ini bukti pada saat itu Indonesia adalah negeri yang kaya akan SDM yang berkualitas karena kemajuan pendidikannya, dan sosok gurulah yang mampu melakukannya. Pertanian saat itu juga tergolong unggul, Majapahit menjadi penyuplai bahan makanan, buah-buahan, sayur-sayuran, bahkan rempah-rempah dan kayu. Ini terbukti dengan adanya Jalur Perdagan yang melewati selat-selat di Nusantara, dan ekspansi orang-orang luar karena motif menguasai hasil pertanian dan perkebunan.

Dari narasi tadi, bisa dikatakan bahwa guru dan buruh tani merupakan pelaku sejarah dalam kemajuan bangsa Indonesia, yang saat itu masih berbentuk kerajaan Majapahit dan Sriwijaya.


       Walau kedua profesi itu penting, tetapi ternyata keduanya untuk saat ini sedang mengalami dilema. Masalahnya lagi-lagi karena kesenjangan ekonomi karena gaji dan pendapatan mereka tidak sebesar profesi lain. Kesejahteraan itulah yang menjadikan profesi ini mungkin saja tidak lagi menjadi primadona lagi, meski pun guru sempat booming dengan adanya kebijaksanaan Sertivikasi Guru untuk guru honorer yang belum PNS. Namun sekrang mulai turun animonya bersamaan dengan ketidak jelasan dari pemerintah untuk mengangkat mereka menjadi guru PNS.


       Nasib Petani juga tak kalah malangnya, pertanian sekarang sudah kalah dan tergusur oleh hegemoni Industri. Tanah pertanian banyak yang ditinggalkan dan tak produktif lagi karena ongkos bertani semakin mahal, harga pupuk naik terus, harga obat-obatan juga tak mau kalah untuk naik harga, semuanya menjadi kacau kalau serangan hama dan kasus kebanjiran dan kekeringan melanda di deareh pertanian. Itulah yang menyebabkan, anak-anaknya petani tak mau lagi jadi petani. mereka lebih memilih kerja di dunia Indusri. Efeknya, dunia pertanian tidak bergairah lagi, tanah petani tak tergarap dan akhirnya dijual karena alasan kemiskinan.



      Sungguh tragis, kalau dua profesi ini terpinggirkan dan tak tersentuh kebijakan pemerintah. Karena kalau ingin memajukan negera ini bangunlah dari segi pendidikan dan segi pertanian dan kelautan, sehingga kita bisa menjadi bangsa yang besar, sebesar Kerajaan Majapahit atau Sriwijaya di tempo dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menghindari Doktrinasi Terorisme